kenapa harus penampilan?
ketika lelaki melihat perempuan yang pertama kali dilihat adalah parasnya, begitu juga dengan perempuan. aku tidak menafikan bahwa pandangan terhadap hal tersebut adalah wajar, karena naluri kemanusiaannya selalu mengarah pada keindahan pandangan. tapi ini bukanlah satu-satunya paradigma untuk memuaskan naluri tersebut. tak perlu lah aku beri contoh bahwa bila seorang lelaki ganteng ditakdirkan selalu berdampingan dengan perempuan cantik. hal tersebut seolah menjadi hukum di alam masyarakat kapitalis. padahal faktanya hal itu merupakan kebohongan publik.
kenapa harus penampilan?
pakaian yang dikenakan menjadi pertimbangan dalam kesetaraan. ya...orang-orang berpandangan bahwa pakaian menjadi penting karena akan menentukan pada derajat mana ia akan berdiri. seolah-olah menjadi tolok ukur dalam penempatan posisi yang layak bagi orang yang memiliki gaya (style).
aku ingat sekali betapa orang-orang merendahkan saya ketika berpenampilan aneh. ketika di pasar, saat menggunakan pakaian compang-camping (baju kerja) mereka menyangka bahwa aku berprofesi kuli pasar, ada lagi yang lebih parah pandangan beberapa orang terhadapku, aku dikira pencopet. hebat, gelar yang keren bagi orang pasar sepertiku. pandangan jijik dan sinis kepadaku adalah hal biasa, karena pakaian dan penampilanku tidak mencerminkan manusia yang tersentuh peradaban. biarlah, aku anggap itu sebagai cerminan agar selalu merendahkan hati dimana pun berada. walaupun mereka belum mengetahui, separuh pasar adalah milikku. tak mengapa namanya juga sedang menyamar... :-p
dan juga penampilah sekali lagi menjadi hal yang paling utama dalam transfer sugesti. taruh lah pembicaraan kita temanya dalah agama, ada cerita menarik ketika mendiskusikan masalah agama denga beberapa orang, seperti biasa, penampilan ku selalu jauh berbeda dengan orang-orang bebaju koko mencerminkan kesalehannya, yang siap mendiskusikan masalah agama, seru memang diskusinya, barpun dalam argumentasi akulah yang unggul, tapi tetap mereka masih memandangku dengan sebelah mata. karena apa? ya karena penampilanku yang tidak sesuai dengan selera mereka, akibatnya sugesti pun susah diterima.
beda lagi ketika aku memakai gamis dan kopiah putih. saat itu aku menghadiri pengajian mingguan, ternyata pandangan mereka tertuju padaku, mereka memberi salam dan mereka meminta saran/nasihat (sugesti) untuk kebaikan mereka.karena apa? karena penampilanku seperti ustadz atau kiyai muda. lucu memang melihat pandangan kolot orang-orang tersebut.
kenapa harus penampilan?
ada pula yang bilang penampilan seseorang mencerminkan tingkat kepribadian orang tersebut. entah mitos darimana ide seperti ini, sampai-sampai orang berpendidikan pun harus menjual kaos-kaosnya dan menggantinya dengan kemeja agar dianggap intelek, dipandang memiliki kepribadian tinggi, untuk mendapat perhatian orang dan mengharap rasa hormat orang lain. ha ha...ini beneran ada loh. padahal setahuku antara penampilan dengan kepribadian tak ada hubungannya. kepribadian hanyalah pola sikap (atitude) dan pola pikr yang tersingkron dengan pemahaman tertentu. sehingga perbuatannya lah yang menjadi tolak ukur tingkat kepribadian seseorang, bukan penampilan...ah, sayanggnya aku menyampaikan ini dengan berpenampilan gembel sih, jadi ga masuk tuh sugesti....
jadi bagaimanapun penampilan masih menduduki peringkat pertama dalam masyarakat yang kapitalistik. orang-orang dapat memanipulasi kepribadian dengan bungkus penampilan yang dipandang sebagai pribadi malaikat ataupun pribadi setan, dan siapa tahu isi kepala seseorang.
Citeureup 8 mei 2011
ketika lelaki melihat perempuan yang pertama kali dilihat adalah parasnya, begitu juga dengan perempuan. aku tidak menafikan bahwa pandangan terhadap hal tersebut adalah wajar, karena naluri kemanusiaannya selalu mengarah pada keindahan pandangan. tapi ini bukanlah satu-satunya paradigma untuk memuaskan naluri tersebut. tak perlu lah aku beri contoh bahwa bila seorang lelaki ganteng ditakdirkan selalu berdampingan dengan perempuan cantik. hal tersebut seolah menjadi hukum di alam masyarakat kapitalis. padahal faktanya hal itu merupakan kebohongan publik.
kenapa harus penampilan?
pakaian yang dikenakan menjadi pertimbangan dalam kesetaraan. ya...orang-orang berpandangan bahwa pakaian menjadi penting karena akan menentukan pada derajat mana ia akan berdiri. seolah-olah menjadi tolok ukur dalam penempatan posisi yang layak bagi orang yang memiliki gaya (style).
aku ingat sekali betapa orang-orang merendahkan saya ketika berpenampilan aneh. ketika di pasar, saat menggunakan pakaian compang-camping (baju kerja) mereka menyangka bahwa aku berprofesi kuli pasar, ada lagi yang lebih parah pandangan beberapa orang terhadapku, aku dikira pencopet. hebat, gelar yang keren bagi orang pasar sepertiku. pandangan jijik dan sinis kepadaku adalah hal biasa, karena pakaian dan penampilanku tidak mencerminkan manusia yang tersentuh peradaban. biarlah, aku anggap itu sebagai cerminan agar selalu merendahkan hati dimana pun berada. walaupun mereka belum mengetahui, separuh pasar adalah milikku. tak mengapa namanya juga sedang menyamar... :-p
dan juga penampilah sekali lagi menjadi hal yang paling utama dalam transfer sugesti. taruh lah pembicaraan kita temanya dalah agama, ada cerita menarik ketika mendiskusikan masalah agama denga beberapa orang, seperti biasa, penampilan ku selalu jauh berbeda dengan orang-orang bebaju koko mencerminkan kesalehannya, yang siap mendiskusikan masalah agama, seru memang diskusinya, barpun dalam argumentasi akulah yang unggul, tapi tetap mereka masih memandangku dengan sebelah mata. karena apa? ya karena penampilanku yang tidak sesuai dengan selera mereka, akibatnya sugesti pun susah diterima.
beda lagi ketika aku memakai gamis dan kopiah putih. saat itu aku menghadiri pengajian mingguan, ternyata pandangan mereka tertuju padaku, mereka memberi salam dan mereka meminta saran/nasihat (sugesti) untuk kebaikan mereka.karena apa? karena penampilanku seperti ustadz atau kiyai muda. lucu memang melihat pandangan kolot orang-orang tersebut.
kenapa harus penampilan?
ada pula yang bilang penampilan seseorang mencerminkan tingkat kepribadian orang tersebut. entah mitos darimana ide seperti ini, sampai-sampai orang berpendidikan pun harus menjual kaos-kaosnya dan menggantinya dengan kemeja agar dianggap intelek, dipandang memiliki kepribadian tinggi, untuk mendapat perhatian orang dan mengharap rasa hormat orang lain. ha ha...ini beneran ada loh. padahal setahuku antara penampilan dengan kepribadian tak ada hubungannya. kepribadian hanyalah pola sikap (atitude) dan pola pikr yang tersingkron dengan pemahaman tertentu. sehingga perbuatannya lah yang menjadi tolak ukur tingkat kepribadian seseorang, bukan penampilan...ah, sayanggnya aku menyampaikan ini dengan berpenampilan gembel sih, jadi ga masuk tuh sugesti....
jadi bagaimanapun penampilan masih menduduki peringkat pertama dalam masyarakat yang kapitalistik. orang-orang dapat memanipulasi kepribadian dengan bungkus penampilan yang dipandang sebagai pribadi malaikat ataupun pribadi setan, dan siapa tahu isi kepala seseorang.
Citeureup 8 mei 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar