sebenarnya catatan ini udah lama aku posting di facebook. cuma karena aku malas untuk buka-buka note di facebook. maka aku pindahin note2 tersebut ke blog ini. makanya aku beri tanda (f) yang berarti aku ambil dari akun facebook saya. silakan simak lagi aja;
Akhirnya makan malam usai, aku pergi ke wastafel dekat dapur untuk mencuci tangan. Disitu aku Dihadapkan pada sebuah kaca yang cukup kusam. Memantulkan beberapa warna, dan membentuk suatu bentuk-bentuk simetris yang cukup real, seolah menampakan dimensi lain dalam dunia yang dibentuknya. Tidak seperti TV, benda itu sangat jelas seperti sedang menonton acara secara LIVE dengan efek 3D. Ah, mungkn disekitarnya ada kamera tersembunyi (CCTV) atau mungkin juga itu adalah TV flat dengan layar LCD, pertanyaannya mana aku mampu membeli TV semahal itu dirumah ini?
Didalamnya aku lihat seorang pria, tampaknya ia letih. Pakaiannya hampir sama persis dengan yang aku kenakan. Hmmm, mungkin ia adalah presenter acara NEWS di TV. Karena kulihat ia tampak terpelajar. kutatap ia, ah kenapa ia balik menatapku sepetrti itu. Kami saling berhadapan, dan aku sangat dekat sekali dengan dia. Aku lihat permukaan wajah kelihatan pori-pori kulitnya, seakan aku lihat kulit jeruk nipis berwarna kuning langsat. Mata tajam menatapku seolah mata elang yang siap menerkam mangsanya di angkasa. Kemudian diatas bola matanya itu alis-alis yang rupanya seperti ulat bulu yang malas bercukur, entah apa gunanya ia disana. Memberi kesan ia ditakdirkan untuk menajamkan pandangannya. Kemudian hidung yang cukup mancung, membentuk jambu jika dari depan. Dan bibir seperti cabe keriting, tapi warnanya merah delima (aku menduga ada perkawinan silang antara delima dengan cabe?). lalu diatasnya rambut kusam, yang aku kira itu adalah ijuk yang dipakai untuk menyapu. Kelihatan sekali kusamnya, hingga aku pun tidak mampu menebak warna hitam-kah atau merah warna alamiahnya. ah, siapa gerangan ia? Kelihatannya ia marah padaku, entah apakah ada yang salah pada diriku hingga membuatnya kesal? Mana aku tahu, aku sendiri jadi salah tingkah dengan tatapannya itu.
Aku tidak kenal siapa dia, dan apa pula maksud dia untuk menatapku seperti itu. Raut yang nampaknya tidak berperasaan, sinis dan sungguh! Ia membuatku kesal dan marah. Oke, aku balas ia dengan pandangan serupa. Mungkin ia akan mengerling dan menjauhkan wajah itu dari pandanganku. Cih, sial! Sekiranya kaca ini tak membatasiku, tentu kuhabisi ia dengan pukulan yang membuatnya jera dan takut, setidaknya ia insaf untuk tidak menatapku seperti itu lagi. Semakin lama aku lihat ia, kami tetap tak bergeming. Tak merubah posisinya dan aku pun begitu. Baiklah, mungkin tatapannya itu adalah tatapan kosong.
Aku tidak mau menduga apa yang sedang ia pikirkan. Jadi hiraukan saja ia dan tatapannya yang tajam itu. Setidaknya memberiku peluang untuk mempelajari raut muka seperti itu. Mempraktikan apa yang pernah aku pelajari dari kitab-kitab dan buku psikologis dan antropologi perihal raut wajah tersebut. Sebentar, aku ambil bukunya dulu di perpus pribadiku. Aku lari ke ruang baca, memilah dan mengambil buku-buku tersebut, cukup lama memang. Saat aku kembali, rupanya ia cukup sabar menungguku dalam ruangan berbingkai tersebut.
Oke, aku akan mendeskripsikan apa masalahmu dengan tatapan seperti itu. Hmm, kucoba melihatnya lebih dekat. Ah, rupanya ia tahu maksudku, saat kedekatkan wajahku dan ia mendekatkan wajahnya kepadaku. Tapi tak apalah, memberiku kebebasan untuk menelitinya lebih jauh. Kulihat guratan psikis di pelipisnya dan bentuk wajahnya bulat tapi elips sepertinya oval. Aku menduga ia berumur sekitar dua puluh lima-an. Oke, sepertinya kita seumur. Kemudian kantung mata ada warna hitam tersamar melingkar disekitar mata seperti lebam (luka bekas dipukuli), kukira ia terlalu sedih atau cengeng saat kulihat persediaan air matanya sedikit kering atau mungkin juga matanya jarang terlelap. Mungkin ia mengalami kehidupan yang pahit dan menyakitkan. Jidat yang lebar karena jarak antara mata dengan akar rambut cukup berjauhan, mungkin para pegolf profesional akan senang jika kutawari lahan yang sangat lapang seperti ini, hihihi…ah, kukira ia selalu menghadapi persoalan dan juga kelihatannya urusannya sangat banyak. Tapi kulihat pemikirannya cukup untuk memahami kehidupannya. Cukup aneh, ketika kulihat ditengah jidat itu suatu tanda yang kontras dengn warna kulit sekitarnya membentuk sebuah lingkaran elips tak beraturan. Sepertinya bekas luka, atau bekas benturan dengan benda keras dan kasar. Hmm, mungkin ia cukup frustasi dengan kehidupannya, hingga suatu waktu membentur-benturkan kepalanya ke tembok untuk bunuh diri, atau mugkin pula bekas sujud ketika shalat. Mengingat salah satu rukun shalat salah satunya adalah sujud. tentu kepalanya banyak bergesekan dengan lantai, bisa jadi. lalu aku perhatikan Pipi yang cekung, sudah terlihat tulang pipi yang diselimuti daging cukup tipis. dugaanku ia telah lupa cara hidup sehat yang benar.
Oke, data-data ini aku cukupkan sampai sini dulu. Terakhir aku mau memfoto wajahnya, untuk tindak lanjut penelitianku ini. Lalu aKu keluarkan kamera 1,3mpx yang sudah terintegrate dengan handphone jadul milikku (perlu diketahui, Hp ini telah menemaniku selama beberapa tahun terakhir dan aku tdk akan menggantinya hingga ada dana cukup untuk membeli yang lebih canggih). Dengan handphone kamera itu aku foto ia. Pencitraannya dari Hp kamera tersebut cukup untuk melakukan penelitian lanjutan. Sip!
Aku tinggal dulu kau disini tak usah menungguku lagi, aku akan mempelajari data-data ini di ruang baca mungkin agak lama dan nanti aku beritahu kesimpulan dari penelitianku. Lalu aku pun pergi ke ruang baca, dari kejauhan aku mengerling padanya. Rupanya ia sudah tidak ada ditempatnya, mungkin ia paham yang aku maksud tadi, agar segera pergi dari hadapanku.
……
Di ruang baca aku perhatikan foto itu lagi. Hmm, something wrong? Sepertinya aku kenal kamu, tapi dimana ya? Coba aku ingat-ingat….sambil kurebahkan diri di kasur, lalu kutatap wajah pria di foto ini. Siapa sih dia ini? Sepertinya wajah ini familiar dirumah ini, tapi kapan terakhir aku bertemu dengannya ya? Ah, sial pertanyaan-pertanyaan ini memenuhi pikiranku. Mana bias aku konsentrasi untuk meneliti wajah seperti ini, padahal aku harus objektif!
Aku sendiri merasa asing di ruangan ini. kulihat sekeliling ruangan di dalam ruang baca ini, Di dinding tergantung foto seorang pria dengan wajah yang mirip dan sama persis dengan foto yang barusan aku ambil. Hei, kenapa ada orang ini dikamarku…kemudian di papan schedule-ku (biasanya tempat aku menulis peta hidupku selama setahun dan rencana-rencana lain) ada foto dia juga!!! Sepertinya ia meminjam jaket almamaterku, karena kulihat ia mengenakan jaket itu ketika difoto, kok aku tak tahu dia meminjam jaketku…sangat tidak sopan! Kemudian aku ambil album-album foto. Dalam foto-foto tersebut banyak sekali gambar ia (digambarkan ia kelihatan akrab dengan teman-temanku dalam foto tersebut. Nah, jika teman-temanku mengenalinya kenapa aku tidak? Tertulis di belakang foto itu “Anyer on vacation, 0#@^9 and friends=from nothing to be something” loh, apa yang terjadi?! Benarkah dugaanku? Dengan sigap Aku lihat KTP-ku, Ijazah-ku, Arsip2 ku, buku catatan harian-ku bahkan aku telusur di komputer dan internet di account facebook, MySpace, Plurk, Joinpk, Twitter dan semua account jejaring social-ku di dunia maya ada foto dia dengan nama yang sama dengan namaku. Sial, faktanya menunjukan ia adalah aku.
Apa yang sedang terjadi sebenarnya? Mungkinkah sebuah sindikat mencuri data-dataku kemudian memberikannya pada orang seperti dia? Jika seperti itu, mbok ya tunggu aku mati dulu ke, baru bias mereka dapat menggunakan data tersebut. Atau mungkin aku akan dibunuh oleh mereka, sehingga dengan mudah ia menjalankan rencananya dengan menggunakan identitasku. Huh, lalu aku ambil cermin di rak buku, lalu aku berkaca dan kutatap wajah yang sama dengan foto-foto itu……siapa dia, dia siapa? atau siapa AKU? dan AKU SIAPA?
pukul 05.30 am akhirnya kantuk yang kurindukan pun datang, setelah semalaman tak dapat memejamkan mata ini. aku ingin terlelap, pergi dari bayangan orang itu..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar